Kalau di bagian 1 gue udah cerita kenapa gue akhirnya memutuskan hijrah dari kendaraan ber-petrol ke micro mobility macam sepeda lipat dan skuter listrik, kali ini gue akan lebih spesifik nyeritain pengalaman gue pakai e-scooter Segway Ninebot T15 selama setengah tahun ke belakang.
Sebelum memilih e-scooter, sebetulnya gue sempat hijrah ke sepeda lipat dulu yang biasa gue pakai ke kantor dan hangout di sekitaran Kemang, lokasi kantor gue sebelumnya.
Baru di 2021 setelah pindah ke kantor sekarang di kawasan Sudirman, keputusan gue hijrah dari alat transportasi petrol ke elektrik yang portabel ternyata menyenangkan.
Memperkenalkan Segway Ninebot T15, skuter elektrik yang kalau dilipet paling compact, dengan bobot cuma 10 kg. Gampang banget tuk masuk bagasi belakang mobil, dan asyik aja dibawa masuk Busway.
Digadang-gadang sebagai solusi urban commuting dengan tagline “When Tech Meets Art”, Ninebot T15 ini memang wujud fisiknya paling ganteng diantara skuter listrik lainnya yang ada di pasaran.
Makanya pas awal mutusin beli, buat gue ini opsi no-brainer. Berkat Ninebot T15, gue bisa menghemat biaya transportasi sampai 90% setiap harinya dan meringkas waktu perjalanan rumah ke kantor jadi hanya 20 menit saja.
Sebagai bagian dari Anak Bunderan yang biasa wara-wiri di segitiga emas Sudirman-Thamrin-Kuningan, gue memang ga muluk-muluk dan berharap banyak bisa ngajak temen-temen gue atau siapapun yang baca postingan ini ikutan hijrah juga dari transportasi yang masih petrol ke listrik.
Lewat postingan sederhana ini, gue cuma mau bilang kalau lifestyle komuter yang gue pilih sekarang berhasil menyiasati amit-amitnya traffic Jakarta yang sudah mustahil untuk dimaklumi, datang ke tujuan early time, jadi lebih produktif dan fokus di kantor, serta waktu bareng keluarga yang lebih banyak.
Well, bener adanya kata meme di lapak-lapak sebelah.. bahwa modern problems requires modern solutions.